Selasa, 14 April 2015

laporan farmakologi D3 farmasi pemberian parenteral

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
LAPORAN III
CARA PEMBERIAN SECARA PARENTERAL
SATRIANI
(PO. 713.251.13.1.090)
SHINTIA ANNISA WULANDARI
(PO. 713.251.13.1.091)
SITTI MUTMAINNAH
(PO. 713.251.13.1.092)
SUCI RAMADANTI
(PO. 713.251.13.1.093)
SYAHRIANI
(PO. 713.251.13.1.094)
SYAMSINAR
(PO. 713.251.13.1.095)
SILVESTER BABARITAN
(PO.713.251.13.1.097)
ULIL AZMI HASYIM
(PO. 713.251.13.1.098)

KELOMPOK                         : III (Tiga)
HARI PRAKTIKUM             : Rabu, 25 Maret 2015
PEMBIMBING          : Rusdiaman, S.Si.M.Si.Apt

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1  Latar Belakang
Absorpsi pada pemberian parenteral ke dalam kulit, jaringan ikat subkutan atau ke dalam otot, kecepatan absorpsinya sangat bergantung pada pasokan darah dari jaringan. Pasokan dari obat sebaliknya bergantung kepada aktivitas otot yang bersangkutan. Apabila bahan aktif yang disuntikkan secara intramuskuler umumnya diabsorpsi dengan cepat di otot. Serat lintang yang dialiri darah dengan baik, maka dalam keadaan syok absorpsi sangat menurun. Pada bagian kapiler absorpsi dipermudah oleh pori endotel karna dinding kapiler demikian dengan jari-jari pori sekitar 3 µm merupakan suatu pembatas absorpsi yang lebih lemah dari lapisan epitel maka zat yang tak larut lemak atau hidrofil dapat juga berdifusi dengan cepat melalui kapiler. Hal ini untuk senyawa dengan berat molekul tinggi (insulin), sebaliknya makromolekul tidak mampu menembus dinding kapiler.
Sebagai mahasiswa farmasi, sudah seharusnya kita mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan obat, baik dari segi farmasetik, farmakodinamik, farmakokinetik, dan juga dari segi farmakologi. Kali ini kami akan membahas dalam laporan farmakologi ini dengan judul praktikum cara pemberian obat secara parenteral. Adapun yang melatar belakangi pengangkatan materi adalah agar kita dapat mengetahui cara pemberian parenteral terhadap hewan uji yaitu pada mencit dan agar mengetahui dengan tepat obat telah masuk ke dalam pembuluh darah atau site target injeksi organ hewan uji.



I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan     
I.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari Percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami cara pemberian obat secara parenteral kepada hewan uji

I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
a.      untuk mengetahui cara pemberian parenteral terhadap hewan uji.
b.     mengetahui dengan tepat obat telah masuk ke dalam pembuluh atau site terget injeksi organ hewan uji

I.3 Prinsip Percobaan
Menghitung dosis obat suntik (asam asetat Injeksi) yang diberikan pada manusia kemudian dikonversikan kepada hewan uji yang telah diketahui beratnya. Selanjutnya diberikan obat (Pentotal) tersebut kepada hewan uji dengan cara menyuntikkan secara intraperitorial dengan hati-hati.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Singkat
Pemberian obat secara parenteral merupakan salah satu rute pemberian obat yang dimaksudkan untuk mendapatkan efek farmakologi yang lebih cepat dengan efek terapi yang dikehendaki.
Terminologi parenteral ”di luar usus” tidak mengalami suatu proses farmakologi kinetik dan saluran pencernaan tetapi langsung ke dalam sirkulasi darah. Obat yang disuntikkan dengan cara parenteral adalah sesuatu yang dusuntikkan melalui lubang jarum runcing kedalam tubuh pada berbagai tempat dan dengan keadaan bermacam kedalamnya.
Beberapa cara pemberian obat secara parenteral yaitu:
a.     Intravena                     : Disuntikkan ke dalam vena
b.    Intramuskuler              : Disuintikkan ke dalam otot
c.     Subkutan                     : Disuntikkan ke dalam kulit
d.    Intraperitonial             : Disuntikkan disekitar rongga perut
e.     Intraarteri                    : Disuntikkan ke dalam pembuluh nadi
f.     Intrakardial                 : Disuntikkan ke dalam jantung
g.    intralumbal                  : Disuntikkan ke dalam ruang pinggang
h.    Intrapleural                  : Disuntikkan ke dalam selaput dada
i.       intraarticular               : Disuntikkan ke dalam celah sendi
 Keuntungan pemberian obat secara parenteral yaitu:
a.    Dapat memberikan  respon yang cepat jika diinginkan seperti penyakit jantung, asma, shock.
b.    Tidak efektif pada oral (insulin, hormone, beberapa antibiotik)
c.    Respon oral yang tidak diinginkan (muntah)
d.   Obatnya dapat dikontrol oleh medis karna medis yang melaksanakan penyuntikan.
e.    Memberikan efek lokal yang diinginkan (anastesi)
f.     Dapat menghasilkan efek terapi yang lama jika diinginkan (steroid, obat KB)
g.    Tidak mengganggu keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh.
Kerugian pemakaian obat ini adalah :
a.    harus dilakukan oleh personil yang terlatih
b.    membutuhkan alat yang asepetik dan relative mahal.
Obat yang digunakan pada hewan uji adalah golongan barbiturate seperti fenobarbital dan thiopental. Obat ini mula-mula bekerja pada jaringan saraf dan efeknya ialah:
a.         Hipnotis dan anastesi
b.         Antikonvulsan
c.         Miscella nous (analgesia, efek respiratory, efek sistem saraf otonom)
Pada pernapasan obat  ini menimbulkan minor depresi jika diberikan pada hipnotik dose, tapi dapar menimbulkan respiratory depresan jika diberikan melalui dosis hipnotik. Letal dosis dari obat barbiturate ini adalah 5-15 kali dari dosis hipnotik tetapi dosis obat barbiturate untuk mencapai anastesi itu hampir sama banyaknya dengan dosis letal.
Efek pentotal pada SSP adalah sedasi, hypnosis, depresi SSP, menurunkan metabolisme dan aliran darah otak/tekanan intrakraniat. Pada kardiovaskuler, memberikan sedikit efek pada curah jantung, menurunkan tekanan darah 10-20 % sedangkan pada pernapasan , terjadi apnea sementara setelah induksi, bronkonstruksi.
Pemberian secara intravena, distribusinya cepat, luas, dimetabolisme di hati, dan dieskresi di ginjal. Selain itu, memberikan efek smping seperti takikardia, depresi pernapasan, bronkospasme dan anafilaksis.
II.2 Uraian Bahan
a.       Aqua Pro Injeksi (FI. Edisi III)
            Nama resmi                 : Aqua Pro Injeksi
            Nama lain                    : Air untuk injeksi
Pemerian                     : Keasaman-kebasaan, ammonium, besi, tembaga, timbale,   kalsium, klorida, nitrat, sulfat, zat teroksidasi memenuhi syarat yang tertera pada aqua destillata
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup kadap. Jika disiplin dalam wadah tertutup kapas berlemak harus digunakan dalam waktu 3 hari setelah pembuatan.
Penggunaan                 : Untuk pembuatan injeksi
b.      Alkohol
      Nama Resmi                : Aethanolum
      Nama Lain                  : Alkohol
Pemerian                     : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan   mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan 
Penyimpanan              : dalam wadah tetutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
Penggunaan                : Antiseptik pada hewan uji.



c.       Asam Asetat
Nama Resmi                : Acidum Aceticum
Nama Lain                   : Asam asetat, cuka
Pemerian                      : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam, tajam
Penyimpanan              : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                   : Zat Tambahan




BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat yang akan digunakan
a.         Spuit 3 ml
b.         Timbangan berat badan hewan uji
c.         kapas
d.        erlenmeyer
e.         Tissyu
f.     Beker gelas 50 ml
g.         gelas ukur 10 ml
III.1.2 Bahan yang akan digunakan
a.         Aquadest
b.         Alkohol
c.         Asam asetat
d.        Mencit 3 ekor
III.2 Cara Kerja
Prosedur kerja cara pemberian obat intraperitonial (IP)
a.         Dibagi kelompok hewan uji (mencit)
b.        Ditimbang berat badan hewan uji yang akan diberikan perlakuan
c.         Dicukur rambut disekitar rongga perut
d.        Dibersihkan dengan alkohol (antiseptik)
e.         Pastikan bahwa penyuntikan dilakukan disekitar rongga perut
f.         Hitung dosis injeksi asam asetat yang akan diberikan sesuai berat badan hewan uji
g.        Lakukan penyuntikan injeksi asam asetat secara intraperitonial disekitar rongga perut hewan uji dengan sudut kemiringan spuit ±20o derajat
h.        Setelah penyuntikan selesai, spoit dicabut perlahan-lahan dengan menggunakan kapas, kemudian hewan uji dilepaskan.
i.          Diamati perubahan yang terjadi pada hewan uji.













BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
Pemberian secara Intraperitonial (Ip)
NO
Hewan uji
Berat badan
dosis
Keterangan
1
Mencit I
26
0,65 ml
221
2
Mencit II
15
0,39 ml
265
3
Mencit III
24,4
0,625 ml
294

IV.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, kita menggunakan hewan uji mencit untuk mengetahui perbedaan antara luminal dan pentotal sebagai obat anastesi. Dari hasil pengamatan antara mencit yang diberi luminal dan pentotal ternyata memberikan perbedaan yang cukup siknifikan meskipun keduia hewan tersebut tidak langsung memberikan efek yang diinginkan.
Pemberian luminal pada mencit belum memberikan atau memperlihatkan adanya tanda-tanda seperti lemas atau tertidur setelah 24 jam pemberian. Pada pemberian pentotal, aktivitas mencit mulai menurun setelah 1 jam pemberian tetapi keesokan hari aktivitas mencit kembali seperti semula.
Namun, pentotal ini mempunyai daya kerja sangat cepat dibanding dengan luminal yang lama Setelah pemberian pentotal dengan dosis rendah, maka kadarnya dalam plasma akan menurun dengan cepat dan penderita akan bangun. Penurunan ini disebabkan oleh redistribusi obat kedalam jaringan lain oleh peredaran darah.
Dalam bentuk larutan , obat ini tidak stabil tetapi dapat disimpan 24-48 jam tanpa bahaya asalkan cairan larutan itu tetap jernih. Seperti obat-obat barbiturate lain, pentotal menimbulkan sedasi, hipnotik, sedikit analgesia, anastesia dan depresi pernafasan, tergantung dari dosis dan kecepatan penyuntikan. Obat ini suatu antikonvulsan dan meninggikan lambung rangsangan sel-sel saraf, cortex serebri, dan ascending reticuler-activating, sistem terdispersi lebih dahulu sebelum pusat meduler dan lebih mendispersi transmisi dari pada parasimpatis.
  



BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini kita dapat menyimpulkan bahwa:
a.         Teknik cara pemberian parenteral pada percobaan ini yaitu dengan intraperitonial yaitu disuntikkan pada sekitar rongga perut hewan uji (mencit).
b.         Obat yang telah masuk ke dalam pembuluh atau site target pada organ hewan uji diketahui dengan cara memperhatikan gerak gerik dari mencit untuk mengetahui efek obat yang ditimbulkan.
V.2 Saran
a.     Sebaiknya dalam pemberian obat terutama secara peritonial, dosis obat yang diberikan harus tepat, sehingga memberikan hasil dan efek yang diinginkan tanpa mematikan hewan uji tersebut dan pada saat penyuntikan posisi jarum suntik harus tepat dibagian yang akan disuntikkan.
b.    Sebaiknya para praktikan lebih teliti dan berhati-hati didalam menginjeksi hewan uji dan didalam memperhatikan efek yang ditimbulkan dari obat.

DAFTAR PUSTAKA

Angkatan VI. 1993. Obat-obat anastesi. Makassar

Dirjen POM. 1979. Farmakope Edisi III. Depkes RI: Jakarta


Mutschler, Ernst. 1999. Dinamika Obat Edisi V. Penerbit ITB : Bandung
















LAMPIRAN
Perhitungan Asam Asetat
Dosis        =  75 mg/kgBB
                 = 75 mg/1000grBB
Mencit Standar = 20gr / 1000 gr x 75 mg = 1,5 mg/ 20 gr
Asam asetat 1%
Dilakukan pengenceran 1 ml                    100 ml
BJ asam asetat = 1,05 g / ml
1 ml asam asetat = 1 ml x 1,05 gr / ml = 1,05 gr ~ 1 gr
Asam asetat 1%               = 1 gr / 100 ml
                                         = 1000 mg / 100 ml
                                         = 10 mg / ml
Jadi asam asetat yang diukur
= 1,5 mg / 10 mg x 1 ml = 0,15 ml / 20 gr BB
a. Mencit I
     26 / 20 gram x 0,15 ml = 0,195
b. Mencit II
     15 / 20 gram x 0,15 ml = 0,1125
c. Mencit III
     24,4 / 20 gram x 0,15 ml = 0,183




SKEMA KERJA



















Hewan uji dilepas dan diamati perubahan yang terjadi
 



 





















luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com