LABORATORIUM FARMAKOLOGI
JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
LAPORAN III
CARA PEMBERIAN SECARA PARENTERAL
SATRIANI
(PO. 713.251.13.1.090)
SHINTIA ANNISA WULANDARI
(PO. 713.251.13.1.091)
SITTI MUTMAINNAH
(PO. 713.251.13.1.092)
SUCI RAMADANTI
(PO. 713.251.13.1.093)
SYAHRIANI
(PO. 713.251.13.1.094)
SYAMSINAR
(PO. 713.251.13.1.095)
SILVESTER BABARITAN
(PO.713.251.13.1.097)
ULIL AZMI HASYIM
(PO. 713.251.13.1.098)
KELOMPOK : III (Tiga)
HARI PRAKTIKUM : Rabu, 25 Maret 2015
PEMBIMBING : Rusdiaman, S.Si.M.Si.Apt
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Absorpsi pada pemberian parenteral ke dalam kulit, jaringan ikat subkutan atau ke dalam otot, kecepatan absorpsinya sangat bergantung pada pasokan darah dari
jaringan. Pasokan dari obat sebaliknya bergantung kepada aktivitas otot yang
bersangkutan. Apabila bahan aktif yang disuntikkan secara intramuskuler umumnya
diabsorpsi dengan cepat di otot. Serat lintang yang dialiri darah dengan baik,
maka dalam keadaan syok absorpsi sangat menurun. Pada bagian kapiler absorpsi
dipermudah oleh pori endotel karna dinding kapiler demikian dengan jari-jari
pori sekitar 3 µm merupakan suatu pembatas absorpsi yang lebih lemah dari
lapisan epitel maka zat yang tak larut lemak atau hidrofil dapat juga berdifusi
dengan cepat melalui kapiler. Hal ini untuk senyawa dengan berat molekul tinggi (insulin), sebaliknya makromolekul tidak mampu
menembus dinding kapiler.
Sebagai mahasiswa farmasi, sudah
seharusnya kita mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan obat, baik dari segi
farmasetik, farmakodinamik, farmakokinetik, dan juga dari segi farmakologi.
Kali ini kami akan membahas dalam laporan farmakologi ini dengan judul praktikum cara pemberian obat secara parenteral. Adapun yang melatar
belakangi pengangkatan materi adalah agar kita dapat mengetahui cara pemberian parenteral terhadap hewan uji yaitu
pada mencit dan agar mengetahui dengan tepat obat telah masuk ke dalam pembuluh
darah atau site target injeksi organ hewan uji.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari Percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami cara pemberian obat secara parenteral kepada
hewan uji
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum
ini adalah :
a. untuk mengetahui cara pemberian parenteral
terhadap hewan uji.
b. mengetahui dengan tepat obat telah masuk ke dalam pembuluh atau site terget injeksi organ hewan uji
I.3 Prinsip Percobaan
Menghitung
dosis obat suntik (asam
asetat Injeksi) yang diberikan pada manusia kemudian
dikonversikan kepada hewan uji yang telah diketahui beratnya. Selanjutnya diberikan obat (Pentotal)
tersebut kepada hewan uji dengan cara menyuntikkan secara intraperitorial
dengan hati-hati.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 Teori Singkat
Pemberian obat secara parenteral merupakan
salah satu rute pemberian obat yang dimaksudkan untuk mendapatkan efek
farmakologi yang lebih cepat dengan efek terapi yang dikehendaki.
Terminologi parenteral ”di luar usus” tidak mengalami suatu proses farmakologi kinetik dan saluran pencernaan tetapi langsung ke dalam sirkulasi darah. Obat yang disuntikkan dengan cara parenteral adalah
sesuatu yang dusuntikkan melalui lubang jarum runcing kedalam tubuh pada
berbagai tempat dan dengan keadaan bermacam kedalamnya.
Beberapa
cara pemberian obat secara parenteral yaitu:
a. Intravena : Disuntikkan ke dalam vena
b. Intramuskuler :
Disuintikkan ke dalam otot
c. Subkutan : Disuntikkan ke dalam kulit
d. Intraperitonial :
Disuntikkan disekitar rongga perut
e. Intraarteri : Disuntikkan ke dalam pembuluh nadi
f. Intrakardial : Disuntikkan ke dalam jantung
g. intralumbal : Disuntikkan ke dalam ruang pinggang
h. Intrapleural :
Disuntikkan ke dalam selaput dada
i.
intraarticular : Disuntikkan ke dalam celah sendi
Keuntungan pemberian obat secara parenteral yaitu:
a. Dapat memberikan respon yang cepat jika diinginkan seperti
penyakit jantung, asma, shock.
b. Tidak efektif pada oral (insulin, hormone,
beberapa antibiotik)
c. Respon oral yang tidak diinginkan (muntah)
d. Obatnya dapat dikontrol oleh medis karna
medis yang melaksanakan penyuntikan.
e. Memberikan efek lokal yang diinginkan
(anastesi)
f. Dapat menghasilkan efek terapi yang lama
jika diinginkan (steroid, obat KB)
g. Tidak mengganggu keseimbangan elektrolit
dan cairan tubuh.
Kerugian
pemakaian obat ini adalah :
a. harus dilakukan oleh personil yang
terlatih
b. membutuhkan alat yang asepetik dan
relative mahal.
Obat yang
digunakan pada hewan uji adalah golongan barbiturate seperti fenobarbital dan
thiopental. Obat ini mula-mula bekerja pada jaringan saraf dan efeknya ialah:
a.
Hipnotis
dan anastesi
b.
Antikonvulsan
c.
Miscella
nous (analgesia, efek respiratory, efek sistem saraf otonom)
Pada pernapasan obat ini menimbulkan minor depresi jika
diberikan pada hipnotik dose, tapi dapar menimbulkan respiratory depresan jika
diberikan melalui dosis hipnotik. Letal dosis dari obat
barbiturate ini adalah 5-15 kali dari dosis hipnotik tetapi dosis obat
barbiturate untuk mencapai anastesi itu hampir sama banyaknya dengan dosis
letal.
Efek
pentotal pada SSP adalah sedasi, hypnosis, depresi SSP, menurunkan metabolisme
dan aliran darah otak/tekanan intrakraniat. Pada kardiovaskuler, memberikan
sedikit efek pada curah jantung, menurunkan tekanan darah 10-20 % sedangkan
pada pernapasan , terjadi apnea sementara setelah induksi, bronkonstruksi.
Pemberian secara intravena, distribusinya
cepat, luas, dimetabolisme di hati, dan dieskresi di ginjal. Selain itu,
memberikan efek smping seperti takikardia, depresi pernapasan, bronkospasme dan
anafilaksis.
II.2 Uraian Bahan
a. Aqua Pro Injeksi (FI. Edisi III)
Nama
resmi : Aqua Pro Injeksi
Nama
lain : Air untuk
injeksi
Pemerian : Keasaman-kebasaan,
ammonium, besi, tembaga, timbale, kalsium, klorida, nitrat, sulfat, zat
teroksidasi memenuhi syarat yang tertera pada aqua destillata
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup
kadap. Jika disiplin dalam wadah tertutup kapas berlemak harus digunakan dalam
waktu 3 hari setelah pembuatan.
Penggunaan :
Untuk pembuatan injeksi
b. Alkohol
Nama Resmi : Aethanolum
Nama Lain :
Alkohol
Pemerian : Cairan tidak berwarna,
jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan
Penyimpanan
: dalam wadah tetutup rapat, terlindung
dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
Penggunaan :
Antiseptik pada hewan uji.
c. Asam Asetat
Nama Resmi : Acidum Aceticum
Nama Lain : Asam asetat, cuka
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk,
rasa asam, tajam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat Tambahan
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat yang akan digunakan
a.
Spuit
3 ml
b.
Timbangan
berat badan hewan uji
c.
kapas
d.
erlenmeyer
e.
Tissyu
f. Beker gelas 50 ml
g.
gelas
ukur 10 ml
III.1.2 Bahan yang akan digunakan
a.
Aquadest
b.
Alkohol
c.
Asam asetat
d.
Mencit 3 ekor
III.2 Cara Kerja
Prosedur kerja cara pemberian obat intraperitonial (IP)
a.
Dibagi kelompok hewan uji (mencit)
b.
Ditimbang berat badan hewan uji yang akan
diberikan perlakuan
c.
Dicukur rambut disekitar rongga perut
d.
Dibersihkan dengan alkohol (antiseptik)
e.
Pastikan
bahwa penyuntikan dilakukan disekitar rongga perut
f.
Hitung
dosis injeksi asam asetat yang akan diberikan sesuai berat badan
hewan uji
g.
Lakukan
penyuntikan injeksi asam asetat secara intraperitonial disekitar
rongga perut hewan uji dengan sudut kemiringan spuit ±20o derajat
h.
Setelah
penyuntikan selesai, spoit dicabut perlahan-lahan dengan menggunakan kapas,
kemudian hewan uji dilepaskan.
i.
Diamati
perubahan yang terjadi pada hewan uji.
BAB IV
HASIL
PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
Pemberian secara Intraperitonial
(Ip)
NO
|
Hewan
uji
|
Berat
badan
|
dosis
|
Keterangan
|
1
|
Mencit
I
|
26
|
0,65 ml
|
221
|
2
|
Mencit
II
|
15
|
0,39 ml
|
265
|
3
|
Mencit
III
|
24,4
|
0,625 ml
|
294
|
IV.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, kita menggunakan hewan
uji mencit untuk mengetahui perbedaan antara luminal dan pentotal sebagai obat
anastesi. Dari hasil pengamatan antara mencit yang diberi luminal dan pentotal
ternyata memberikan perbedaan yang cukup siknifikan meskipun keduia hewan
tersebut tidak langsung memberikan efek yang diinginkan.
Pemberian luminal pada mencit belum
memberikan atau memperlihatkan adanya tanda-tanda seperti lemas atau tertidur
setelah 24 jam pemberian. Pada pemberian pentotal, aktivitas mencit mulai
menurun setelah 1 jam pemberian tetapi keesokan hari aktivitas mencit kembali
seperti semula.
Namun, pentotal ini mempunyai daya kerja
sangat cepat dibanding dengan luminal yang lama Setelah pemberian pentotal
dengan dosis rendah, maka kadarnya dalam plasma akan menurun dengan cepat dan
penderita akan bangun. Penurunan ini disebabkan oleh redistribusi
obat kedalam jaringan lain oleh peredaran darah.
Dalam
bentuk larutan , obat ini tidak stabil tetapi dapat disimpan 24-48 jam tanpa
bahaya asalkan cairan larutan itu tetap jernih. Seperti obat-obat barbiturate
lain, pentotal menimbulkan sedasi, hipnotik, sedikit analgesia, anastesia dan
depresi pernafasan, tergantung dari dosis dan kecepatan penyuntikan. Obat ini
suatu antikonvulsan dan meninggikan lambung rangsangan sel-sel saraf, cortex
serebri, dan ascending reticuler-activating, sistem terdispersi lebih dahulu
sebelum pusat meduler dan lebih mendispersi transmisi dari pada parasimpatis.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini kita dapat
menyimpulkan bahwa:
a.
Teknik cara
pemberian parenteral pada percobaan ini yaitu dengan intraperitonial yaitu disuntikkan
pada sekitar rongga perut hewan uji (mencit).
b.
Obat yang
telah masuk ke dalam pembuluh atau site target pada organ hewan uji diketahui
dengan cara memperhatikan gerak gerik dari mencit untuk mengetahui efek obat
yang ditimbulkan.
V.2 Saran
a. Sebaiknya dalam pemberian obat terutama
secara peritonial, dosis obat yang diberikan harus tepat, sehingga memberikan
hasil dan efek yang diinginkan tanpa mematikan hewan uji tersebut dan pada saat
penyuntikan posisi jarum suntik harus tepat dibagian yang akan disuntikkan.
b. Sebaiknya para praktikan lebih teliti dan
berhati-hati didalam menginjeksi hewan uji dan didalam memperhatikan efek yang
ditimbulkan dari obat.
DAFTAR PUSTAKA
Angkatan VI. 1993. Obat-obat
anastesi. Makassar
Dirjen POM. 1979. Farmakope
Edisi III. Depkes RI: Jakarta
http://nurulafifah-afifah.blogspot.com/2011/10/laporan-farmakologi-rute-pemberian-obat.html di akses tanggal 30 maret 2015
Mutschler, Ernst. 1999.
Dinamika Obat Edisi V. Penerbit ITB : Bandung
LAMPIRAN
Perhitungan Asam Asetat
Dosis = 75 mg/kgBB
= 75 mg/1000grBB
Mencit Standar = 20gr / 1000 gr x 75 mg = 1,5 mg/ 20 gr
Asam asetat 1%
Dilakukan pengenceran 1 ml 100 ml
BJ asam asetat = 1,05 g / ml
1 ml asam asetat = 1 ml x 1,05
gr / ml = 1,05 gr ~ 1 gr
Asam asetat
1% = 1 gr / 100 ml
= 1000
mg / 100 ml
=
10 mg / ml
Jadi asam
asetat yang diukur
= 1,5 mg /
10 mg x 1 ml = 0,15 ml / 20 gr BB
a. Mencit I
26 / 20 gram x 0,15 ml = 0,195
b. Mencit II
15 / 20 gram x 0,15 ml = 0,1125
c. Mencit III
24,4 / 20 gram x 0,15 ml = 0,183
SKEMA KERJA
|
||||||